TIGA PERISTIWA PENTING VIHARA BUDDHA DIEPA
Ada tiga peristiwa penting Vihara Buddha Diepa yang telah menunjukkan perlindungan dan kekuatan para Buddha dan Bodhisatva, seperti yang akan di ceritakan di bawah ini :
Peristiwa pertama :
Terjadi pada tahun 1960, dimasa awal berdirinya vihara, bangunan hanya berupa sebuah pondok kecil. Untuk perluasan vihara demi kegiatan-kegiatan ritual/sosial, makan diutuskan kepada 3 (tiga) orang pengurus vihara yaitu : bapak KO GEK HI (alm) , bapak CIU NGIAK SIU (alm) dan bapak KHO KIA LIE (alm) untuk menemui bapak Mohammad Saleh (alm) selaku salah seorang pemilik tanah di daerah Bukit Senang Tanjung Balai Karimun saat itu.
Sebelum 3 (tiga) orang utusan vihara menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya kepada bapak Mohammad Saleh (alm), beliau sudah terlebih dahulu mengetahui maksud dan tujuan kedatangan mereka, rupanya bapak Mohammad Saleh (alm) telah bermimpi, bahwa seorang yang berjubah putih datang menemuinya untuk meminta sebidang tanah untuk dibangun sebuah vihara. setelah bermimpi bapak Mohammad Saleh (alm) mengunjungi ke vihara untuk melihat gambar SONG DA FENG ZHU SHE untuk membuktikan apakah seseorang di dalam mimpinya adalah SONG DA FENG ZHU SHE, dan ternyata betul gambar SONG DA FENG ZHU SHE.
Dengan niat yang tulus, beliau langsung menyumbangkan tanahnya kepada pengurus vihara saat itu, tanpa meminta imbalan dalam bentuk apapun juga, bahkan tanpa membatasi berapa luas tanah yang diperlukan vihara.
Peristiwa penting ini membuktikan kekuatan SONG DA FENG ZHU SHE yang tiada ada batasnya.
sesorang seperti bapak Mohammad Saleh (alm) dalam meyumbangkan tanah miliknya demi perkembangan agama Buddha, tanpa membedakan suku, agama ataupun latar belakang merupakan hal yang sangat-sangat mulia yang patut dihormati dan di puji serta menjadi teladan bagi kita semua
Peristiwa kedua :
Hari Raya Tri Suci Waisak adalah hari besar bagi umat buddha di seluruh dunia, dalam memperingati tiga peristiwa penting yaitu lahirnya Pangeran Siddharta Goutama, Pertapa Siddharta Goutama mencapai kesempurnaan serta parinibannanya Sang Buddha.
Bagi umat Buddha di Indonesia tanggal 27 mei 1983 merupakan hari yang sangat berbahagia serta bersejarah karena pada hari tersebut pemerintah Indonesia menetapkan Hari Tri Suci Waisak menjadi hari besar negara serta sebagai hari libur Nasioanl. Namun bagi umat Buddha di daerah Karimun, khususnya umat Buddha di Vihara Buddha Diepa Bukit Senang Tanjung Balai Karimun, suatu peristiwa penting telah terjadi dimana pada malam pertama hari Tri Suci Waisak menjadi hari libur Nasional, vihara yang telah berdiri selama 23 tahun mengalami musibah kebakaran, api yang begitu besar telah menghanguskan hampir seluruh bangunan vihara, namun altar utama SONG DA FENG ZHU SHE yang terbuat dari kayu dan gorden altar dari kain tipis beserta seluruh perlengkapan di dalamnya sama sekali tidak tersentuh api.
Papan nama "TONG XING XIANG XIA" yang diukir dari kayu hanya tertinggal dua huruf "TONG XING" yang artinya BERSATU PADU atau SETIA. Dalam hal ini SONG DA FENG ZHU SHE telah mengisyaratkan kepada kita bahwa "XIANG XIA" (Vihara) telah tiada namun "TONG XING" atau semangat untuk bersatu padu, bekerja sama dalam menghadapi segala rintangan serta harus mengembangkan ajaran ajaran suci SONG DA FENG ZHU SHE.
dalam kejadian tersebut SONG DA FENG ZHU SHE juga telah meninggalkan beberapa barang barang suci yang di temukan di dalam sisa-sisa kebakaran api yang begitu besar, yaitu:
Peristiwa kedua :
Hari Raya Tri Suci Waisak adalah hari besar bagi umat buddha di seluruh dunia, dalam memperingati tiga peristiwa penting yaitu lahirnya Pangeran Siddharta Goutama, Pertapa Siddharta Goutama mencapai kesempurnaan serta parinibannanya Sang Buddha.
Bagi umat Buddha di Indonesia tanggal 27 mei 1983 merupakan hari yang sangat berbahagia serta bersejarah karena pada hari tersebut pemerintah Indonesia menetapkan Hari Tri Suci Waisak menjadi hari besar negara serta sebagai hari libur Nasioanl. Namun bagi umat Buddha di daerah Karimun, khususnya umat Buddha di Vihara Buddha Diepa Bukit Senang Tanjung Balai Karimun, suatu peristiwa penting telah terjadi dimana pada malam pertama hari Tri Suci Waisak menjadi hari libur Nasional, vihara yang telah berdiri selama 23 tahun mengalami musibah kebakaran, api yang begitu besar telah menghanguskan hampir seluruh bangunan vihara, namun altar utama SONG DA FENG ZHU SHE yang terbuat dari kayu dan gorden altar dari kain tipis beserta seluruh perlengkapan di dalamnya sama sekali tidak tersentuh api.
Papan nama "TONG XING XIANG XIA" yang diukir dari kayu hanya tertinggal dua huruf "TONG XING" yang artinya BERSATU PADU atau SETIA. Dalam hal ini SONG DA FENG ZHU SHE telah mengisyaratkan kepada kita bahwa "XIANG XIA" (Vihara) telah tiada namun "TONG XING" atau semangat untuk bersatu padu, bekerja sama dalam menghadapi segala rintangan serta harus mengembangkan ajaran ajaran suci SONG DA FENG ZHU SHE.
dalam kejadian tersebut SONG DA FENG ZHU SHE juga telah meninggalkan beberapa barang barang suci yang di temukan di dalam sisa-sisa kebakaran api yang begitu besar, yaitu:
- 1. Sebuah lonceng , dengan bunyi lonceng selalu menyadari kita akan detik demi detik waktu yang berlalu begitu beharga
- 2.Sebuah tempat dupa, mengingatkan kita untuk selalu melaksanakan ibadah.
- 3.Sebuah gong (kheng) bertanda memberi semangat kepada seluruh pengurus vihara dan umatnya untuk membangun kembali Vihara serta terus mengembangkan ajaran ajaran suci SONG DA FENG ZHU SHE
Peristiwa ketiga :
kejadian ini terjadi setelah vihara mengalami kebakaran dibulan Mei tahun 1983, pada kejadian itu, ruangan belakang vihara di namakan HU HIANG TENG yang selama ini di jadikan sebagai tempat altar para leluhur juga ikut terbakar, sehingga semua papan nisan para leluhur juga hangus terbakar. Setelah kejadian tersebut pada tahun yang sama bulan tujuh, Vihara akan mengadakan upacara Ulambana untuk menyembah para leluhur yang selama ini disemayamkan di ruangan HU HIANG TENG, maka dibuatlah sebuah tenda sementara dan nama-nama para leluhur yang selama ini di semayamkan diruangan HU HIANG TENG di catat disebuah papan nama, sebagai tempat pengganti ruangan HU HIANG TENG sementara.
Namun peristiwa aneh telah terjadi, dimana oleh seorang paranomal (tang kie) yang bernama A SING yang cukup terkenal saat itu, memberitahu kepada salah seorang pengurus vihara yang bernama bapak LIM TEK JIAK (alm), bahwa salah satu almah. GO A TIANG telah datang menemuinya dalam ritual sembahyang di cetiya KWAN IN TENG yang terletak di jalan Trikora Tg.Balai karimun, almah meminta bantuan agar memberitahukan kepada pengurus vihara, bahwa namanya tidak tercatat di dalam papan nama vihara tersebut, sehingga almah. tidak dapat masuk kedalam vihara. kemudian melalui bapak LIM TEK JIAK (alm) hal ini disampaikan kepengurus vihara dan didata ulang oleh bapak TAN PIAK CE, ternyata memang benar bahwa nama almah. GO A TIANG tidak tercatat di dalam papan anam tersebut, untuk itu oleh pengurus vihara nama almah. GO A TIANG dicatat kembali serta diadakan ritual khusus sebagai suatu wujud minta maaf atas keiklafan pengurus yang sama sekali tidak disadari oleh semua pengurus vihara.
Peristiwa nyata ini telah membuktikan bahwa seseorang yang telah meninggal dunia tetap mempunyai hubungan batin dengan kita di alam ini, hubungan ini hanya dapat dilakukan dengan cara sembahyang dan kebaktian-kebaktian yang diajarkan di dalam agama kita.
Sebenarnya masih banyak peristiwa-peristiwa penting lainnya yang telah terjadi di vihara selama ini, akan tetapi tidak tercatat dalam sejarah vihara :D
0 comments: